BERBAGI ILMU YANG BERMANFAAT

Tuesday, August 1, 2017

Sejarah Lengkap Kabupaten Wajo :: Kaitannya Dengan Materi Gerak Parabola

TUGAS TELAAH KURIKULUM FISIKA
“PENERAPAN MATERI GERAK PARABOLA”
“DI KAMPUNG HALAMAN”

KD 3.5 “Menganalisis gerak parabola dengan menggunakan vektor, berikut makna fisisnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”

A. Deskripsi Kampung Halaman

Nama saya Herayanti, lahir dari orang tua saya yang bernama Muh.Yusuf dan Nurlia. Saya lahir disebuah kampung, desa yang bernama Barangmamase, tepatnya di Kecamatan Sajoanging, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. 

Desa tempat tinggalku ini terkenal dengan tambak ikan bandengnya. Mayoritas penduduknya sebagai petani sawah dan petani tambak. Sawah yang luas yang berdampingan dengan hamparan empang/tambak ikan yang di antaranya dipisahkan oleh sungai yang bermuara ke laut. Laut pun ditempati sebagai tempat mencari ikan serta tempat budi daya rumput laut. Betapa menakjubkannya desaku. 

Di sekitar tempat tinggalku, tak jauh dari rumah terdapat sekolah SD dan SMP yang berdekatan. Selain itu terdapat lapangan luas, tempat anak-anak maupun remaja atau bahkan orang tua untuk berolahraga baik pagi maupun sore. Setiap sore anak-anak kumpul main sepak bola, sepak takrow, dan bola volly dan masih banyak lagi lainnya yang biasa dilakukan anak-anak di kampungku. Itulah rutinitas anak-anak di kampungku.

B. Kabupaten Wajo
 
Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya Sengkang, sekitar 242 km dari kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan), dapat ditempuh sekitar 4 jam dengan menggunakan mobil. Dari kota Parepare, pusat kawasan pengembangan ekonomi terpadu di propinsi Sulawesi Selatan, sekitar 87 km. Wajo yang luas wilayahnya 250.619 hektar, terbagi atas 14 kecamatan, 48 kelurahan dan 128 desa, memiliki potensi sumber daya alam yang besar.

Karakteristik potensi alam Wajo, seperti diungkapkan oleh Arung Matoa Wajo, La Tadampare Puang Ri Maggalatung (1491-1521) : mangkalungu ri bulu’E, massulappe ripottanangngE ma matodang ritasi’E, ri tapparengnge. Artinya : daerah ini merupakan negeri yang subur dan nyaman. Ibarat seorang tidur, maka ia berbantalkan gunung dan hutan, memeluk lembah, dan kakinya menyentuh danau atau air laut. Ungkapan cendikiawan Wajo di abad ke-15 itu memang bukan syair khayalan, namun merupakan suatu kenyataan yang hingga kini menjadi potensi andalan Kabupaten Wajo.

Hamparan lahan persawahan yang ada di daerah ini sekitar 86.000 hektar. Baru sekitar 20 persen yang terjangkau irigasi teknis. Jika areal persawahan ini rata-rata menghasilkan empat ton padi setiap tahunnya, berarti Kabupaten Wajo menghasilkan 334.00 ton padi setiap tahun. Suatu jumlah yang cukup fantastik.

Pada tanah berbukit yang berjejer mulai dari kecamatan Tempe ke Utara – Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Keera dan Pitumpanua, kini merupakan wilayah hutan tanaman industri, perkebunan coklat, cengkeh, jambu mete serta pengembangan ternak. Secara keseluruhan potensi perkebunan di Kabupaten Wajo seluas lebih 38.000 hektar, diantaranya telah dikelola sekitar 28.000 hektar.

Setiap tahun telah menghasilkan produksi ratusan hingga ribuan ton berbagai jenis komoditas ekspor seperti : cengkeh, kakao, dan kelapa hybrida. Padang rumput/alang-alang seluas 34.000 hektar merupakan lahan pengembalaan ternak besar dan kecil yang populasinya kini telah mencapai puluhan ribu ekor. Belum lagi ternak unggas berupa ayam ras, itik, dan ayam buras yang populasinya sudah melebihi jutaan ekor.

Di pesisir pantai Timur terhampar lahan pertambakan sekitar 15.000 hektar. Masih sebagian kecil yang dikelola secara teknis, tapi telah memproduksi puluhan ribu ton udang dan ikan bandeng setiap tahunnya. Garis pantai Teluk Bone yang membentang sekitar 110 km, memiliki potensi ikan laut yang tidak kecil. Termasuk budidaya rumput laut. Danau Tempe yang luasnya 13.000 hektar, merupakan penghasil ikan air tawar terbesar di dunia. Struktur perekonomian Kabupaten Wajo memang didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi lebih dari 45 persen. Menyusul sektor perdagangan, hotel dan restoran 19 persen, dan sektor pertambangan penggalian 9 persen.

Pada tahun 1997 saat kondisi perekonomian nasional mulai mengalami krisis, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wajo juga terkena dampak sehingga terpuruk menjadi minus 6,66 persen. Namun setahun kemudian, terutama setelah penambangan gas bumi Gilireng mulai berproduksi, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wajo kembali membaik dalam posisi pertumbuhan 6,06 persen. Kondisi itu bertahan hingga tahun 1999.

Pendapatan perkapita masyarakat Wajo pun telah berada pada posisi Rp. 3,5 juta pertahun. Bahkan dalam musim haji tahun 2000 terjadi peningkatan jumlah calon haji asal Kabupaten Wajo lebih dari 100 persen. Tahun 1999 cuma 1.400 orang, pada musim haji tahun berikutnya 2.700 orang. Mereka sebagian besar petani.

C. Jati Diri Bangsa Wajo

Hampir tak ada negeri yang tidak didatangi orang Wajo. Sampai ke ujung duniapun asalkan ada peluang bisnis dan iklim yang menjamin kebebasan berusaha. Orang Wajo akan datang.

Perumpamaan itu tak lain untuk menunjukkan betapa sifat kewiraswastaan (interpreneurship) telah mendarah daging pada setiap pribadi orang Wajo.Sifat ini dituntun pesan leluhur : aja mumaelo natunai sekke, naburuki labo (jangan terhina oleh sifat kikir dan hancur oleh sifat boros).

Berpegang pada Tellu Ampikalena To WajoE (tiga prinsip hidup), tau’E ri DewataE, siri’E ri padatta rupatau, siri’E ri watakkale (ketaqwaan kepada Allah SWT, rasa malu pad orang lain dan pada diri sendiri), orang Wajo memiliki etos kerja, resopa natinulu natemmangingngi, namalomo naletei pammase Dewata Seuwae (hanya dengan kerja keras, rajin, dan ulet, mendapat keridhaan Allah SWT).

Orang Wajo senantiasa mendambakan terciptanya iklim kebebasan berdasarkan prinsip, Maradeka To WajoE, najajiang alaena maradeka, napoada adanna, napobbicara bicaranna, napogau gaunna, ade assemmaturesennami napopuang (Orang Wajo dilahirkan merdeka, bebas berekspresi, bebas bicara, dan menyatakan pendapat, bebas berbuat, hanya hukum berlandaskan permusyawaratan yang dipertuan).

Berpenduduk 400.000 jiwa, Wajo memiliki potensi SDM yang handal. Apabila potensi ini berhasil dipadukan dan diberdayakan, bisa dipastikan, masyarakat Wajo meraih kehidupan lebih baik di hari esok. Penggalangan potensi akbar ini (termasuk orang Wajo yang berdiam di luar daerah) bukan mustahil diwujudkan mengingat orang Wajo memiliki semangat riassiwajori yang terkandung dalam prinsip kebersamaan, mali siparappe, rebba sipatokkong, malilu sipakainge (hanyut saling menolong, jatuh saling membantu untuk tegak kembali, khilaf saling mengingatkan).

Nilai-nilai yang tak ternilai harganya itu patut dilestarikan dan dikembangkan. Pelestarian dan nilai-nilai positif itu membutuhkan wahana yang menjadi sumber motivasi. Momentumnya dipilih bertepatan peringatan Hari Jadi Wajo. Waktu yang tepat tersebut dikaitkan dengan Hari Jadi Wajo, yang hari ‘H’-nya belum pernah disepakati. Di sinilah letak pentingnya upaya penelusuran sejarah keberadaan Wajo yang digagaskan oleh Dachlan Maulana. Penelusuran sejarah Wajo didukung tokoh masyarakat dan budayawan.

Pemerintah Kabupaten Wajo membentuk Panitia Seminar Penelurusan Hari Jadi Wajo per SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Wajo No. Sos/562/XII/W/1994 tanggal 22 Desember 1994. Panitia kemudian menyelenggarakan Seminar Penelusuran Hari Jadi Wajo, 23 Januari 1995 di Ruang Kantor BKDH Tingkat II Wajo.

Dalam seminar terungkap kemajuan Wajo, terutama di bawah kepemimpinan Arung Matoa (Presiden), yaitu :
  1. La Tadampare Puangrimaggalatung
  2. Petta Latiringeng To Taba Arung Simettengpola
  3. La Mungkace Toaddamang
  4. La Sangkuru Patau
  5. La Salewangeng To Tenriruwa
  6. La Maddukelleng
  7. La Pariusi To Maddualeng
Seminar menyimpulkan sejarah kelahiran Wajo dalam 6 (enam) versi, yaitu :
  1. Puang Rilampulungeng
  2. Puang Ritimpengeng
  3. Cinnongtabi
  4. Boli versi Kerajaan Cina
  5. Masa ke-Batara-an
  6. Masa ke-Arung Matoa-an

Peserta seminar sepakat untuk menetapkan momentum Hari Jadi Wajo pada masa pelantikan Batara Wajo I La Tenri Bali, tahun 1399, dibawah sebuah pohon besar (Bajo). Tempat pelantikan Batara Wajo I ini sampai sekarang masih ada, bernama Wajo – Wajo di daerah Tosora Kecamatan Majauleng. Tanggal 29 Maret dipilih sebagai hari ‘H’ yakni peristiwa kemenangan pasukan Wajo dibawah kepemimpinan La Maddukelleng di Lagosi terhadap pasukan Kompeni yang membantu Bone. Perang tersebut merupakan simbol anti penjajahan.

Keputusan seminar dikukuhkan melalui Surat Keputusan DPRD Wajo No. 12/1995 tangal 7 Juli 1995. Seminar hanyalah sebuah kegiatan awal dari sebuah usaha besar Orang Wajo menemukan jati dirinya. Pengembangan nilai-nilai itu diharapkan kelak bisa berhasil menjadi sumber motivasi bagi orang Wajo untuk menemukan jati dirinya.

D. Potensi Pariwisata Wajo
  • Danau Tempe
Danau Tempe terletak di bagian Barat Kabupaten Wajo. Tepatnya di Kecamatan Tempe, sekitar 7 km dari Kota Sengkang menuju tepi Sungai Walanae. Dari sungai ini, perjalanan ke Dananu Tempe dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu motor (katinting). Perkampungan nelayan bernuansa Bugis berjejer di sepanjang tepi danau.


Nelayan yang menangkap ikan di tengah danau seluas 13.000 hektare itu dengan latar belakang rumah terapung, merupakan pemandangan yang sangat menarik. Dari ketinggian, Danau Tempe tampak bagaikan sebuah baskom raksasa yang diapit oleh tiga kabupaten yaitu Wajo, Soppeng, dan Sidrap.

Sambil bersantai di atas perahu, wisatawan dapat menyaksikan terbitnya matahari di ufuk Timur pada pagi hari dan terbenam di ufuk Barat pad sore hari. Di tengah danau, kita dapat menyaksikan beragam satwa burung, bungan dan rumput air, serta burung Belibis (Lawase, bahasa Bugis) menyambar ikan-ikan yang muncul di atas permukaan air. Danau Tempe memiliki species ikan air tawar yang jarang ditemui ditempat lain.

Konon, dasar danau ini menyimpan sumber makanan ikan, yang diperkirakan ada kaitannya letak danau yang berada di atas lempengan dua benua, yaitu Australia dan Asia. Di waktu malam, wisatawan dapat menginap di rumah terapung. Bersama nelayan, kita dapat menyaksikan rembulan di malam hari yang menerangi Danau Tempe sambil memancing ikan. Sementara itu, para nelayan menangkap ikan diiringi dengan musik tradisional yang dimainkan penduduk. Tanggal 23 Agustus setiap tahunnya, merupakan kalender kegiatan pelaksanaan festival laut di Danau Tempe.

Acara pesta ritual nelayan ini disebut Maccera Tappareng atau upacara mensucikan danau dengan menggelar berbagai atraksi wisata yang sangat menarik. Pada hari perayaan Festival Danau Tempe ini, semua peserta upacara Maccera Tappareng berpakai Baju Bodo (pakaian adat Orang Bugis). Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi seperti lomba perahu tradisional, lomba perahu hias, lomba permainan rakyat (lomba layangan tradisional, pemilihan anak dara dan kallolona Tanah Wajo), lomba menabuh lesung (padendang), pagelaran musik tradisional dan tari bissu yang dimainkan oleh waria, dan berbagai pagelaran tradisional lainnya.

Lomba perahu dayung merupakan tradisi yang turun temurun dan terpelihara di kalangan para nelayan. Sedangkan Maccera Tappareng merupakan bentuk kegiatan ritual yang dilaksanakan di atas Danau Tempe oleh masyarakat yang berdomisili di pinggir Danau Tempe, biasanya ditandai dengan pemotongan kurban/sapi yang dipimpin oleh seorang ketua nelayan, dan serentetan acara lainnya.
  • Agro Wisata Sutera
Daun dari tanaman murbei (Morus sp.) merupakan satu-satunya pakan ulat sutera (Bombyx mori L.), media yang menghasilkan kokon untuk diolah menjadi benang sutera selanjutnya diproses atau ditenun menjadi kain sutera.

Kokon merupakan hasil pemeliharaan ulat sutera, dibentuk dari serat sutera yang dikeluarkan oleh larva matang, selanjutnya melalui proses pemintalan, kokon diolah menjadi benang sutera. Tahap penanaman murbei hingga proses pembuatan kain sutera sudah lama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Wajo.

Lokasi pembibitan dan penanaman murbei terletak pada beberapa desa di Kecamatan Sabbangparu, sekitar 10 km sebelah Selatan Kota Sengkang, jalan poros menuju Kabupaten Soppeng. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan proses penanaman murbei, cara memelihara ulat sutera, proses pemintalan benang sutera, hingga cara menenun kain sutera. Khusus produk sutera yang berupa kain, sarung, kemeja, dasi, dan berbagai bentuk cinderamata dari kain sutera misalnya : kipas dan tas, dapat kita saksikan di beberapa showroom sutera yang ada di Kota Sengkang. Di toko souvenir itu tersedia berbagai macam warna maupun motif yang indah. Motif yang banyak diminati masyarakat umumnya motif Bugis dan motif yang menyerupai ukiran-ukiran Toraja.
  • Rumah Adat AtakkaE
Kawasan budaya Rumah Adat Atakkae terletak di Kelurahan Atakkae, Kecamatan Tempe, di bangun tahun 1995 di pinggir Danau Lampulung, sekitar 3 km sebelah Timur Kota Sengkang. Di dalam kawasan ini telah dibangun puluhan duplikat rumah adat tradisional yangdihimpun dari berbagai kecamatan, sehingga kawasan ini representatif sebagai tempat pelaksanaan pameran. Di sekitarnya terdapat bangunan sebagai tempat menginap wisatawan, dekat dari danau. Hampir setiap tahunnya, kawasan budaya ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama saat digelar berbagai atraksi budaya dan permainan rakyat.

Di dalam kawasan tersebut dibangun sebuah rumah adat yang lebih besar yang dijuluki Saoraja – istana Tenribali, salah seorang matoa Wajo. Rumah tersebut mempunyai tiang sebanyak 101 buah. Setiap tiang beratnya 2 ton, kayu ulin dari Kalimantan. Tiang itu didirikan dengan menggunakan alat berat (eskavator). Lingkaran tiang rumah 1,45 m dengan garis tengah 0,45 m, dan tinggi tiang dari tanah ke loteng 8,10 m. Bangunan rumah adat ini mempunyai ukuran panjang 42,20 m, lebar 21 m, dan tinggi bubungan 15 m.
  • Kawasan Wisata Bendungan Kalola
Kawasan wisata ini terletak di Desa Sogi, Kecamatan Maniangpajo, sekitar 35 km sebelah Utara Kota Sengkang. Kawasan yang menempati areal seluas 65 hektare ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Bendungan Kalola yang terdapat dalam kawasan wisata ini memiliki genangan air 21,5 km dengan debit air 900 m3 per detik, membentang di antara brisan pegunungan yang ditumbuhi pepohonan rindang, sejuk, dan sangat mengasyikkan.

Pada hamparan genangan air Sungai Kalola, kita dapat menyaksikan kegiatan menangkap ikan oleh penduduk setempat dengan menggunakan perahu roda. Wisatawan juga bisa memancing ikan, lomba dayung, bermain ski, dan menikmati pemandangan yang indah di sekitar bendungan.
Pada pinggir genangan yang landai, pengunjung biasanya menggelar perkemahan.
Sekitar 3 km dari bendungan telah dibangun kolam renang dan pondokan. Bagi mereka yang gemar berburu, dapat menyalurkan hobinya, karena dekat lokasi ini terdapat taman perburuan rusa.

  • Taman Perburuan Rakyat
Taman perburuan rusa, lokasinya sekitar 5 km dari Bendungan Kalola. Tepatnya di Desa Sogi, Kecamatan Maniangpajo. Taman berupa hutan seluas 500 hektare itu sangat representatif bagi mereka yang mempunyai hobi berburu. Dahulu, orang berburu rusa dengan menggunakan kuda dan anjing pemburu. Bahkan, tingkat keperkasaan dan kedewasaan seorang putra bangsawan saat itu diukur dari kemampuan dan ketangkasan mereka menangkap rusa.

Bagi mereka yang senang dengan petualangan, berburu rusa merupakan salah satu alternatif. Lokasi itu dapat dijangkau dengan menggunakan mobil 4 whell drive. Jalan menuju ke lokasi merupakan bukit yang landai. Di sekitarnya tampak pemandangan alam dengan permukaan rumput hijau, mengapit lapangan berburu yang luas. Di sekitar taman ini terdapat sungai kecil dan pepohonan di sela-sela lembah, sebagai pendukung kehidupan satwa rusa.
  • Atraksi Pernikahan
Atraksi pernikahan dan ritual lainnya dapat disaksikan, yaitu Mappacci, Mappanre Lebbe, dan Mappasilellung Botting. Mappacci merupakan sejenis rangkaian proses dalam pesta perkawinan yang dilaksanakan dengan meletakkan daun pacar (pacci) dari sanak keluarga kepada tangan pengantin sebagai bentuk persucian diri. Mappasilellung Botting dilaksanakan setelah malam usai pesta perkawinan, di mana pengantin pria selalu mengejar pengantin wanitanya, sebagai upaya untuk saling mengakrapkan pengantin.
  • Situs Tosara
Obyek wisata ini terletak sekitar 16 km di sebelah Timur Kota Sengkang. Tepatnya di Desa Tosora, Kecamatan Majauleng. Lokasi ini dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Tosora adalah daerah bekas ibukota Kabupaten Wajo sekitar abad ke-17. Wilayah ini dikelilingi 8 buah danau kecil. Banyak peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang terdapat di sini, misalnya : makam raja-raja Wajo, bekas gudang amunisi kerajaan (geddong), masjid kuno yang dibangun tahun 1621, dan makam yang bernisan meriam. Disini juga terdapat sumur bung parani, tempat prajurit-prajurit tempo dulu dimandikan sebelum terjun ke medan perang. Banyak wisatawan yang sudah berkunjung ke sini. Motivasi mereka braneka ragam. Di antara mereka, ada yang datang hanya untuk melakukan ziarah. Sebagain yang lain datang untuk melepas hajat atau nazar, dan ada juga yang mengadakan pengkajian sejarah.
  • Gua Nippon
Gua Nippon terdapat di pegunungan sebelah Timur Kota Sengkang. Lokasinya tak jauh dari Masjid Raya Sengkang. Pengunjung dapat berjalan kaki menuju lokasi ini, terutama mereka yang senang dengan petualangan. Gua Nippon berupa terowongan yang dibuat oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan pertahanan pada Perang Dunia ke-2. Jumlahnya tak kurang dari 10 buah, namun saat ini sebagian di antaranya sudah tertutup tanah secara alami.

Di dalam gua itu terdapat ruangan yang sangat luas. Masyarakat setempat meyakini bahwa gua itu sebagai tempat penyimpanan harta karun yang ditinggalkan serdadu Jepang, dan pada masa perang dijadikan sebagai basis pertahanan Asia Selatan. Mulut gua rata-rata mempunyai garis tengah sekitar 1 meter. Bila pengunjung mau masuk ke dalam gua, mereka harus membungkuk atau merangkak. Ada gua yang jalan masuknya berbeda dengan jalan untuk menuju ke luar. Sebagian diantaranya, jalan masuk dan keluar ke gua tersebut hanya merupakan satu jalur.

E. Penerapan Gerak Parabola

Seperti yang saya ceritakan di atas, bahwa anak-anak setiap sore kumpul berolahraga, seperti sepak bola, bola volly, sepak takrow, bola basket, lompat jauh, tolak peluru dsb. Semua jenis olahraga yang dimainkan ini termasuk dari aplikasi gerak parabola. 
  • Bola volly
Lintasan bola volly termasuk jenis keterampilan yang diklasifikasikan ke dalam melontar benda untuk mencapai jarak horizontal maksimal. Memukul bola volly berarti menggerakkan benda agar bergerak ke suatu jarak tertentu yang tentu diperlukan tenaga. Tenaga ini diperlukan untuk melawan gaya gravitasi yang bekerja pada setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi bekerja menarik benda ke arah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi pusat bumi maka besar juga tenaga yang harus dikerahkan. 

Lintasan bola volly dikonsep biomekanika disebut sebagai proyektil olahraga atau gerak parabola. Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuhnya tolakan dalam tolak peluru adalah kecepatan awal peluru pada saat lepas dari tangan, besarnya sudut tolakan, ketinggian bola saat lepas dari tangan. Jika bola ditolak dari ketinggian yang sama dengan kecepatan awal maka jarak horizontalnya ditentukan oleh sudut elevasinya yaitu sudut yang dibentuk oleh arah tolakan dengan bidang horizontal. Sudut elevasi yang akan menghasilkan jarak horizontal terjauh dari suatu benda yang bergerak menurut lintasan parabola tergantung pada letak bidang tempat mendaratnya.
  • Sepak bola
Sama halnya dengan bola volly, sepak bola juga membentuk lintasan berbentuk parabola jika ditendang dengan sudut elevasi tertentu.
  • Sepak takrow
Sama halnya dengan bola volly dan sepak bola, sepak takrow juga membentuk lintasan berbentuk parabola jika ditendang dengan sudut elevasi tertentu.
  • Tolak Peluru
Tolak peluru termasuk jenis keterampilan yang diklasifikasikan ke dalam melontar benda untuk mencapai jarak horizontal maksimal. Melontar peluru berarti menggerakkan benda agar bergerak ke suatu jarak tertentu yang tentu diperlukan tenaga. Tenaga ini diperlukan untuk melawan gaya gravitasi yang bekerja pada setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi bekerja menarik benda ke arah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi pusat bumi maka besar juga tenaga yang harus dikerahkan. 

Lintasan peluru dalam tolak peluru dikonsep biomekanika disebut sebagai proyektil olahraga atau gerak parabola. Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuhnya tolakan dalam tolak peluru adalah kecepatan awal peluru pada saat lepas dari tangan, besarnya sudut tolakan, ketinggian peluru saat lepas dari tangan. Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama dengan kecepatan awal maka jarak horizontalnya ditentukan oleh sudut elevasinya yaitu sudut yang dibentuk oleh arah tolakan dengan bidang horizontal. Sudut elevasi yang akan menghasilkan jarak horizontal terjauh dari suatu benda yang bergerak menurut lintasan parabola tergantung pada letak bidang tempat mendaratnya.
  • Lompat Jauh
Dalam lompat jauh juga terdapat gerak parabola yaitu ketika bertolak dari balok tumpuan hingga mendarat di bak pasir. Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara kecepatan, kekuatan, kelenturan, saat melecut setelah menolak, daya tahan, ketepatan.


Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Sejarah Lengkap Kabupaten Wajo :: Kaitannya Dengan Materi Gerak Parabola

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan berikan Komentar terbaik mu, boleh cantumkan link blog anda asalkan sesuai dengan topik materi